menjadi istri seorang guru
Menjadi istri seorang guru
Tidak banyak orang tahu bahwa menjadi guru adalah pekerjaan seru. Keseruannya adalah setiap tahun bertemu dengan peserta didik baru. Lebih seru lagi ketika mereka sudah dewasa dan masih ingat jasa gurunya.
Itulah hal yang tak akan terlupakan. Seorang guru akan dimuliakan oleh para alumninya. Itulah mengapa menjadi guru itu seru. Keseruannya akan terasa bila anda mengalami bersamanya.
Menjadi guru pekerjaan yang sangat mulia. Dulu tak pernah terlintas untuk bersuami seorang guru. Penghasilan tidak besar tapi selalu cukup.
Banyak rezeki datang tak terduga. Sebagai seorang istri saya ikut mendoakannya.
Pergi subuh pulang isya sudah biasa. Bahkan masih menjadi ketua RT pula sampai rumah.
Menjadi istri seorang guru harus sabar dan mau hidup apa adanya. Tahu kesulitan suaminya.
Pernah suami terjatuh dari motor karena ada lubang di jalan. Untungnya tidak apa apa. Hanya lecet saja. Motor masuk bengkel. Suami saya ajak ke tukang urut.
Kedua anak saya lahir tanpa ditunggui ayahnya. Semua lahir di Bandung dan ayahnya kerja di Jakarta. Punya dua anak wanita cukuplah sudah. Sungguh kami bersyukur karenanya.
Menjadi istri seorang guru harus bisa mengelola uang yang ada. Sebagai istri saya harus mampu menahan keinginan. Kebutuhan pokok harus didahulukan. Asalkan sandang, pangan dan papan sudah terpenuhi.
Suami berangkat habis sholat subuh. Sampai rumah terkadang setelah sholat isya. Kalau kosong masih sempat mengajar ngaji anak anak di musholla.
Menjadi istri seorang guru terkadang banyak menguras air mata. Ingin cerita tapi tak bisa.
Pernah suami menang lomba. Hadiahnya tidak diberikan semua ke istrinya. Katanya untuk membantu guru lainnya belajar menulis. Jadilah pelatihan guru menulis gratis di kampusnya.
Sebagai istri saya senang saja. Saya bikin kue untuk para peserta dan makan siangnya. Biaya bisa ditekan karena ibu ibu tetangga ikut membantu mengerjakannya.
Alhamdulillah uang kami ternyata tidak habis. Suami dapat penghargaan dari bank mandiri syariah. Uangnya dapat dua kali lipat dari yang kami keluarkan di kampus UNJ. Doa para guru membantu suami menerima penghargaan sebagai guru inspiratif.
Waktu terus berputar. Kami semakin menua. Suami mengajak pindah ke rumah yang lebih dekat dari sekolah. Sebagai istri seorang guru, saya mengikuti keinginan suami.
Katanya sudah tak kuat lagi bolak balik Cibitung ke Rawamangun. Pergi pulang sekitar 70 km. Kasihan juga melihat suami menempuh perjalanan sejauh itu.
Kamipun pindah ke Jatibening Bekasi. Tahun pertama saya tak kuat minta pindah. Sebab rumah sering kebanjiran. Banyak barang habis terbawa air. Kami menerima dengan kesabaran. Sebab ini bagian dari ujian Allah.
Menjadi istri seorang guru memang harus tahu diri. Suka duka yang dialami adalah bagian dari skenario Allah.
Kita jauh lebih baik hidupnya. Dibanding kawan kawan guru yang berada di daerah 3T. Jadi kuncinya harus banyak bersyukur.
Mohon maaf kalau tulisan saya kurang enak dibaca. Sebab saya baru belajar menulis. Suami yang mengajarkannya.
Terima kasih sudah ikut membaca cerita singkat ini. Mohon maaf lahir batin.
Komentar
Posting Komentar